Pages

Kamis, 12 Juni 2014

Dasar-Dasar Pencitraan MRI

A.PENGERTIAN MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada  banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran potongan   coronal,  sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien Bila  pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil  tubuh  manusia  akan tampak jelas, sehingga  anatomi dan patologi  jaringan tubuh dapat  dievaluasi secara teliti.
Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI adalah suatu alat diagnostik mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X ataupun bahan radioaktif.
Hasil pemeriksaan MRI adalah berupa rekaman gambar potongan penampang tubuh/organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen.
Beberapa faktor kelebihan yang dimilikinya, terutama kemampuannya membuat potongan koronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi posisi tubuh pasien sehingga sangat sesuai untuk diagnostik jaringan lunak.
Teknik penggambaran MRI relatif kompleks karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada banyak parameter. Bila pemilihan parameter tersebut tepat, kualitas gambar MRI dapat memberikan gambaran detail tubuh manusia dengan perbedaan yang kontras, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dieva
luasi secara teliti.
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
a.    Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik
b.    Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
c.    Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya
d.   Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat.
B. Tipe MRI
MRI bila ditinjau dari tipenya terdiri dari :
a.     MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas
b.    MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a.     MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b.    MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c.     MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik Fast Scan yaitu suatu teknik yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik, sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi menjadi menjadi lebih spesifik.
C. Prinsip MRI
Pasien ditempatkan dalam medan magnet, dan gelombang elektromagnet pulsa diterapkan untuk membangkitkan “objective nuclide” di dalam tubuh. Nuclide yang dibangkitkan akan kembali ke dalam energi semula dan akan melepaskan energi yang diserap sebagai gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang dilepas ini adalah sinyal MR. Sinyal ini dideteksi dengan kumparan (coil) untuk membentuk suatu gambar (image). 
Yang perlu diperhatikan dengan memakai MR adalah nucleus (proton di dalam tubuh). Nucleus mempunyai massa dan muatan positif serta berputar pada sumbunya. Nucleus yang berputar ini dianggap sebagai suatu magnet batang kecil (small bar magnet). Karena nucleus ditempatkan di dalam medan magnet statis, maka akan berputar (precession). Ketika suatu pulsa RF yang mempunyai frekuensi sama dengan kecepatan/frekuensi dari putaran diberikan, nucleus menyerap energi dari pulsa (yang disebut gejala resonansi). Pulsa RF adalah gelombang elektromagnet dan disebut pulsa RF (Radio Frequency) karena band frekuensinya. Ketika pulsa RF dimatikan, nucleus kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi yang diserap (yang disebut relaxation). Dengan membuat nucleus memancarkan sinyal ketika melepaskan energi yang diserap, suatu gambar (image) dihasilkan.
D. Instrumen MRI
Secara garis besar instrumen MRI terdiri dari:
a.    Sistem magnet yang berfungsi membentuk medan magnet.
Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang : tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari pesawat MRI tersebut
b.    Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu:
-    Gradien coil X, untuk membuat citra potongan sagittal.
-    Gardien coil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
-    Gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial .
Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk potongan oblik
c.    Sistem frekuensi radio berfungsi membangkitkan dan memberikan radio frekuensi serta mendeteksi sinyal.
d.    Sistem komputer berfungsi untuk membangkitkan sekuens pulsa, mengontrol semua komponen alat MRI dan menyimpan memori beberapa citra.
e.    Sistem pencetakan citra, fungsinya untuk mencetak gambar pada film rontgent atau untuk menyimpan citra.
Sebagai inti dari MRI adalah magnet untuk menghasilkan medan magnet statis. Berikut adalah 3 macam magnet yang sekarang dipakai dalam sistem MRI:
1.    Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)
2.    Magnet resistif (Resistive Magnet/RM)
3.    Magnet superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)
1.    Magnet tetap (Permanent Magnet/PM)
Magnet tetap adalah sama dengan suatu magnet batang. Sistem MRI yang menggunakan suatu magnet tetap dapat dianggap suatu magnet batang yang besar.
Ciri-ciri sistem MRI yang menggunakan magnet tetap adalah sebagai berikut:
  1. Karena tidak ada daya listrik untuk menghasilkan medan magnet, biaya pemakaian sangat rendah.
  2. Sistem sangat berat.
Keuntungan sistem ini adalah biaya pemakaian (running cost) yang sangat rendah dibanding sistem yang lain (magnet kumparan dan magnet superkonduktif).
2.    Magnet Resistif (Resistive Magnet/RM)
Magnet resistif dapat dianggap suatu magnet listrik. Magnet ini menghasilkan medan magnet yang kuat dengan mengalirkan suatu arus listrik yang besar melalui suatu kumparan tembaga, aluminium, atau materi yang lain yang mempunyai hambatan listrik (electric resistance) rendah.

Ciri-ciri sistem magnet resistif adalah sebagai berikut:
1.    Termasuk tidak mahal
2.    Gampang untuk menangani
3.    Biaya pemakaian sangat tinggi karena:
a.       Arus sebesar 200 A mengalir
b.      Harus ada aliran air untuk pendinginan sistem, karena panas yang terjadi sangat tinggi
3.      Magnet Superkonduktif (Superconductive Magnet/SCM)
Dari 3 macam magnet, magnet superkonduktif mungkin paling tidak dikenal. Magnet ini adalah suatu magnet listrik yang menggunakan suatu kumparan sebagai materi dengan suatu gejala superkonduktif terjadi. Gejala superkonduktif adalah bahwa hambatan listrik (electrical resistance) dari suatu logam menjadi nol bila metal didinginkan dengan temperature yang sangat rendah (-272° C), dan temperature pada saat tersebut disebut temperature kritis (critical temperature) Tc. Hambatan listrik menjadi nol berarti bahwa suatu arus besar dapat mengalir dengan memakai tegangan (voltage) rendah beberapa volt.
 Ciri-ciri sistem MRI dengan magnet superkonduktif adalah sebagai berikut:
1.      Pemakaian daya listrik sangat rendah dibandingkan dengan sistem magnet kumparan.
2.      Medan magnet yang kuat dapat dihasilkan karena arus listrik yang cukup besar dapat dialirkan.
3.      Untuk mendapatkan temperatur yang sangat rendah, kumparan harus dicelupkan ke dalam helium cair (-272° C).
Magnet superkonduktif memerlukan biaya daya listrik yang rendah daripada magnet kumparan untuk mendapatkan medan magnet yang kuat, yang membuat magnet superkonduktif lebih berguna, tetapi masalahnya adalah helium cair yang dibutuhkan untuk mendinginkan kumparan.
Kekurangan dengan menggunakan helium cair adalah sebagai berikut:
  1. Tidak mudah untuk menangani
  2. Harga helium cair sangat mahal
  3. Helium cair menguap pada kecepatan 0,6 sampai 0,7 liter/jam
  4. Penggunaan kembali helium gas sesudah penguapan adalah sulit
E.  Pelindung untuk MRI
Dua macam pelindung (shield) sangat penting untuk MRI:
1.    MRI dipengaruhi oleh noise radio 
Gelombang elektromagnet yang digunakan MRI mempunyai frekuensi yang sama dengan siaran radio. Jika sistem MRI yang dipasang tanpa pelindung (shield), maka akan terpengaruh noise radio serta mempengaruhi mutu gambar (image) yang dihasilkan. Untuk menjamin mutu gambar, seluruh sistem ruang MRI harus diberi pelindung.
2.    MRI dipengaruhi bahan magnet (pengaruh luar terhadap sistem MRI)
Jika ada suatu benda dari bahan magnet di sekeliling MRI, akan mengganggu uniformity dari medan magnet yang menyebabkan mutu gambar menjadi rendah. Pelindung magnet tidak diperlukan karena kasus ini tergantung pada kondisi sekeliling.
F. Artefak pada MRI dan Upaya Mengatasinya
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya terdiri dari :
a.  Kesalahan geometric
b.  Kesalahan algoritma
c.  Kesalahan pengukuran attenuasi.
Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
a.  Artefak yang disebabkan oleh pergerakan physiologi, karena gerakan jantung gerakan per-nafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara tidak periodik seperti gerakan menelan, berkedip dan lain-lain.
b.  Artefak yang terjadi karena perubahan kimia dan pengaruh magnet.
c.  Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefak yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
e.  Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran akibat faktor kesala-han geometri, kebocoran dari tabir radio-frekuensi. Akibat adanya artefak – artefak tersebut pada gambaran akan tampak : gambaran kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih, terdapat garis–garis dibawah gambaran, gambaran bergaris garis miring, gambaran tidak beraturan.
Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara lain dilakukan dengan cara :
a.       Waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir pelindung radio frekuensi
b.      Menanggalkan benda-benda yang bersifat ferromagnetic bila memungkinkan
c.       Perlu kerja sama yang baik dengan pasien.
d.      Pengambilan sample/gambar sebaiknya lebih dari satu kali.
e.       Pengolahan citra yang dilakukan pada komputer (image processing) harus sebaik mungkin.
 G. Aplikasi Klinik Pemeriksaan M R I
 Pemeriksaan MRI bertujuan mengetahui karakteristik morpologik (lokasi, ukuran, bentuk, perluasan dan lain-lain dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh aksial, sagittal, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1.      Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada: kelenjar pituitary, lobang telinga dalam, rongga mata, sinus.
2.      Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak, pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi.
3.      Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi, trauma, kelainan bawaan.
4.      Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi/abses dan lain lain.
5.     Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu, pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli.
6.   Pemeriksaan Thorax untuk melihat : paru –paru, jantung.
 

Teknik Pemeriksaan Vaginografi


Teknik Pemeriksaan Vaginografi
1. Pengertian
Vaginografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan memasukan media kotras positif untuk memperlihatkan gambaran anatomis dan patologis dari vagina.
2. Tujuan
o   Menilai gambaran anatomis dari vagina
o   Menampakkan kelainan fisiologis dan patologis dari vagina
3. Indikasi
o   Kelainan konginetal vagina
o   Kelainan patologis ; fistula vesicavaginal, fistula enterovaginal
4. Persiapan Pemeriksaan (Ballinger, 1996)
2.3.4.1. Persiapan Pasien :
o   Melakukan pembersihan abdomen bagian bawah
o   Mengeluarkan urine sebelum dilakukan pemeriksaan
o   Meghindarkan daerah reproduksi dari benda yang menimbulkan opasitas
2.3.4.2. Persiapan Alat :
o   Kateter
o   Vaselin
o   Spuit disposible
o   Media kontras
o   Betadine
o   Kassa steril
o   Film dan kaset 18 x 24 cm
o   Pesawat X-Ray dan Fluoroskopi
o   Grid
Untuk pemilihan bahan kontras LAMBIE dan COE merekomendasikan pemelihan bahan kontras yaitu BaSo4 atau iodium.
o   LAMBIE merekomendasikan BaSo4 dimasukkan ke dalam daerah usus untuk mengetahui kedudukan fistula.
§  Konsentrasi : 1:8
§  Volume : 40 – 60 cc
o   COE merekomendasikan penggunaan iodium yang bersifat organik
§  Konsentrasi 20 %
§  Volume : 20 – 40 cc
5. Prosedur Pemeriksaan
a.    Kateter dipasang pada daerah vagina dengan menggunakan portio
b.    Masukkan udara atau air pada balon kateter untuk fiksasi
c.    Pemasukkan media kontras dengan menggunakan fluoroskopi
d.    Volume media konras antara 20 – 40 cc
e.    Melalui fluoroskopi, dilakukan pembuatan radiograf
f.     Proyeksi pemeriksaan :
§  AP
§  Oblik
§  Lateral
6. Proyeksi pemeriksaan :
 PROYEKSI ANTERO POSTERIOR
a.    Posisi pasien    : Supine di atas meja pemeriksaan kedua tangan di atas dada, MSP pada midline meja
b.    Posisi obyek     : Daerah pelvis berada di atas kaset tanpa   rotasi
c.    Arah sinar         : Arah sinar tegak lurus terhadap kaset, pusat sinar pada batas atas dari simphisis pubis
PROYEKSI OBLIQUE
a.    Posisi pasien       : dari posisi supine dirotasikan ke arah yang akan di periksa 45 o , paha fleksi
b.    Posisi obyek         : daerah  SIAS pada batas atas kaset batas bawah pada simphisis pubis
c.     Arah sinar             : vertikal tegak lurus kaset, arah sinar pada 2 cm ke lateral dari MSP setinggi batas atas simphisis pubis
d.    Keterangan          : proyeksi oblik bertujuan untuk menghindari superposisi organ dengan fistel (sigmoid/ileum dan vagina)
PROYEKSI LATERAL
a.    Posisi pasien       : tidur miring pada salah satu sisi, kedua kaki superposisi dan fleksi
b.    Posisi obyek         : daerah pelvis berada di atas kaset, dengan batas atas pada SIAS dan batas bawah pada coxygis
c.    Arah sinar             : vertikal tegak lurus kaset, pusat sinar pada 1,5 cm di bawah SIAS menuju pertangahan film
Kriteria Radiograf :
o   Batas atas dari simphisis pubis harus tampak
o   kelainan seperti fistula dapat ditampakkan
o   densitas dan media kontras dapat menunjukan gambaran vagina dan fistula
o   fistula tidak superposisi pada proyeksi oblik
o   pada proyeksi lateral hip joint dan femur superposisi
pelvis pada proyeksi oblik tidak superposisi dengan proximal femur

 sumber : http://kumpulsore.blogspot.com

Teknik Pemeriksaan Mammografi



 Mammografi

A.   Pengertian Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan struktur anatomis mammae dengan film khusus baik dengan menggunakan media kontras atau tidak.
B.   Pesawat Mammografi
Pemeriksaan mammografi memerlukan seperangkat pesawat sinar-X yang mempunyai komponen khusus. Hal ini dikarenakan organ yang diperiksa mempunyai struktur yang khusus berupa soft tissue atau jaringan lunak.
Adapun bagian-bagian pesawat mammografi adalah sebagai berikut: :
1)    Kapasitas pesawat
Pesawat mammografi yang digunakan mempunyaii kapasitas tegangan tabung rendah ( 25 –35 kvp ) dan mAs yang tinggi.
Jenis-jenis mAs total pada pesawat mammografi adalah sebagai berikut:
ØLow  speed film ( 2000 mAs )
Ø  Intermediate non screen film ( 500 mAs )
Ø  Convensional non screen film (200 mAs ).
Penggunaan factor eksposi berupa kV rendah diikuti dengan peningkatan mAs, dimaksudkan untuk mendapatkan kontras yang tinggi dalam radiograf .
2)    Ukuran focal spot
Ukuran focal spot dari pesawat mammografi antara 0,1 sampai 0,6 mm. Ukuran focal spot kecil diperlukan untuk mendapatkan ketajaman yang baik dari organ. Pesawat mammografi biasanya dibuat sistem anoda putar dan bahan dari tungsten atau molybdenum untuk memungkinkan penggunaan fokus kecil pada pembebanan arus tabung.
3)    Pembatas sinar
Pembatas sinar pada pesawat mammografi berupa conus yang dapat diganti-ganti sesuai  dengan besarnya ukuran payudara. 
4)    Filter
Filter pada pesawat mammografi dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan, sehingga sinar-X yang mempunyai panjang gelombang tinggi akan diserap oleh filter. Filter yang digunakan adalah molybdenum dengan ketebalan 0,03 sampai 0,5 mm Al.
5)    Alat kompresi
Alat kompresi pada pesawat mammografi berfuingsi untuk menghilangkan kerutan–kerutan pada kulit, menahan bagian payudara agar tidak bergerak, dan untuk mendapatkan penampang payudara yang lebih luas. Alat ini dibuat dari bahan yang intensitasnya homogen sehingga tidak memberikan bayangan yang menganggu gambaran.
6)    Grid
Grid berfungsi untuk mengurangi sinar hambur diantara obyek dan film. Pesawat mammografi biasanya menggunakan grid dengan ratio 3,5 : 1. Grid yang digunakan yaitu  grid yang bergerak dan pergerakannya sudah diatur oleh pesawat.
7)    Film
Film yang digunakan dalam mammografi biasanya non screen dengan emulsi tunggal (single emulsi) tanpa lembaran penguat, diletakkan dalam suatu amplop. Film ini berukuran 15 x 20 cm.



C.   Teknik kV rendah
Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan tegangan tabung (kV) rendah (45 – 50 kV). Teknik ini bertujuan sebagai berikut :
Ø  Perbedaan kontras jaringan lunak besar.
Ø  Kalsifikasi yang ada pada jaringan lunak, tendon dan arteri.
Ø  Invaginasi penyakit yang berasal jaringan lunak yang menuju tulang atau sebaliknya.
Penggunaan teknik kV rendah yaitu :
Ø  Melihat jaringan lunak.
Ø  Mengetahui korpus alienum non opak.
Ø  Melihat pus atau nanah.
Ø  Melihat ada tidaknya robekan ligamentum.
Ø  Melihat adanya kalsifikasi.
D.   Indikasi Mammografi
Tujuan klinik dari pemeriksaan mammografi secara umum adalah mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara.
Pemeriksaan mammografi dilakukan apabila :
Ø  Screening test, pemeriksaan penyaring terutama pada wanita yang berumur di atas 35 tahun.
Ø  Tiap kelainan benjolan pada payudara kemungkinan dapat dibedakan ganas atau tidak.
Ø  Keluhan rasa tidak enak.
Ø  Keluhan kelenjar getah bening axial.
Ø  Mempunyai riwayat keganasan.
Ø  Pada pasien-pasien pasca operasi (mastektomi) payudara yang kemungkinan kambuh atau keganasan.
Ø  Diagnosa klinik Paget Disease of The Nipple.
E.    Persiapan
1)    Persiapan pasien
Pada pemeriksaan mammografi tidak ada persiapan pasien secara khusus. Persiapan yang diperlukan oleh radiografer antara lain :
Ø  Informasi yang jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan
Ø  Komunikasi yang baik
Ø  Melepas pakaian
Ø  Menjauhi benda opaq pada daerah mammae
2)    Persiapan alat dan bahan
Ø  Mammografi unit, mempunyai bagian-bagian meliputi :
·         Anoda Mo
·         Kaset khusus
·         Ada conus
·         Filter Al
Ø  Film khusus mammografi, mempunyai karakteristik :
·         Non screen
·         High definition
Ø  Baju pasien
Ø  Media kontras (bila diperlukan)
Ø  Processing film
F.    Teknik Radiografi Mammografi
1)    Proyeksi Supero Inferior (Cranio Caudal)
Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superior inferior.
Posisi pasien   :  Duduk di atas kursi atau dapat juga berdiri
Posisi obyek    :  - Mammae diletakkan di atas kaset.
- Film diatur horizontal
- Tangan sebelah mammae yang difoto 
   manekan kaset ke arah dalam (posterior), 
   tangan lain di belakang tubuh.
- Sebaiknya dengan sistem kompresi
  (mengurangi ketebalan mammae agar rata
   dan tipis)
- Kepala menoreh ke arah yang berlawanan
Arah sinar        :  Vertical tegak lurus film
Titik bidik         :  Pertengahan mammae
FFD                 :  35-40 cm                      
2)    Proyeksi Medio Lateral
Bertujuan memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral.
Posisi pasien   :  - Tidur atau berdiri miring, sedikit obliq ke
                                    posterior.
                                    - Bagian mammae yang difoto terletak
                                      didekat kaset.
Posisi obyek    :  - Mammae diletakkan di atas kaset dengan
                                   posisi horizontal.
- Lengan posisi yang difoto diletakkan di atas
  sebagai ganjal kepala.
- Lengan lain menarik mammae yang tidak
  difoto ke arah medio lateral agar tidak 
  superposisi dengan lobus lain.
Arah sinar        :  Tegak lurus mammae arah medio lateral
Titik bidik         :  Pertengahan mammae
FFD                 :  Sedekat mungkin (konuc menempel mammae), bila perlu kontak.
 3)    Proyeksi Latero Medial
Bertujuan untuk memperlihatkan struktur payudara dengan jelas terutama pada daerah medial.
Posisi pasien   :  Berdiri atau duduk menghadap meja pemeriksaan
Posisi obyek    :  - Kedua tangan menyilang di atas penyangga 
                                   kaset
- Kaset ditempatkan merapat dengan dinding
  dada pada tepi medial obyek yang 
  diperiksa.
- Dilakukan kompresi
- Bidang vertical payudara yang diperiksa 
  sejajar dengan dinding dada.
Arah sinar        :  Horisontal tegak lurus bidang vertical payudara dan bidang kaset.
Titik bidik         :  Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD                 :  14 - 20 inchi (35 - 50 cm)
Ekposi pada saat tahan napas dan diam.



4)    Proyeksi Axila
Bertujuan untuk melihat penyebaran tumor di bagian kelenjar axial.
Posisi pasien   :  Berdiri dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan anterior 150-300 sehingga sedikit oblik.
Posisi obyek    :  - Obyek diatur di tengah film
- Film vertical pada tepi posterior
- Batas atas film yaitu iga 11-12
- Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas 
  dan fleksi denagn tangan di belakang 
  kepala, lengan yang tidak difoto diletakkan 
  di samping tubuh.
Arah sinar        :  Horizontal tegak lurus film
Titik bidik         :  5 cm di bawah axila
FFD                 :  35 – 50 cm

5)    Proyeksi Obliq
Memperlihatkan struktrur payudara dari pandangan medio lateral.
Posisi pasien   :  Duduk atau berdiri menghadap pesawat.
Posisi obyek    :  - Payudara yang diperiksa ditarik ke depan 
                                   dan diletakkan di atas kaset.
- Kaset membentuk sudut 450 dari horizontal, 
  terletak pada tepi lateral bawah dari  
  payudara yang diperiksa.
- Dilakukan kompresi.
- Bidang tranversal payudara sejajar dengan 
  Proyeksi Axila kaset.
Arah sinar        :  450 medio lateral tegak lurus kaset.
Titik bidik         :  Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD                 :  35 – 50 cm

G.   Kriteria Radiograf
1)    Proyeksi Cranio Caudal
Ø  Tampak semua jaringan payudara termasuk pada bagian sentral, subareola, dan bagian tengah dari payudara ( terkadang otot – otot dada masuk dalam gambaran.
Ø  Posterior nipple line ( PNL ) dengan ukuran 1cm dari MLO ( medial lateral oblik ).
2)    Proyeksi Medio Lateral
Tampak jaringan payudara dari arah lateral masuk daerah axilla dan otot-otot dada.
3)    Proyeksi Latero Medial
Tampak jaringan payudara dari arah lateral masuk daerah axilla dan otot-otot dada.
4)    Proyeksi Axial
Tampak jaringan  payudara dibagian aksila. Tampak otot-otot dada, central payudara dan jaringan subareola.
5)    Proyeksi Oblik
Ø  Tampak jaringan payudara dari otot–otot dada sampai nipple.
Tampak inframammary fold (IML) dan payudara tidak boleh dalam keadan droop (kendor).

referensi : http://kumpulsore.blogspot.com
 

Blogger news

Read more: http://zootodays.blogspot.com/2012/06/cara-pasang-widget-animasi-hamster.html#ixzz34X9wjMHd