Pages

Kamis, 29 Mei 2014

Prosedur Pemeriksaan Radiografi Sinus Paranasal

Menurut Bontrager (2010) teknik radiografi sinus paranasal adalah teknik penggambaran sinus dengan menggunakan  sinar–x untuk memperoleh radiograf guna membantu menegakkan diagnosa.
a.      Patologi pemeriksaan radiografi sinus paranasal
Patologi yang sering terjadi sehingga dilakukkannya pemeriksaan radiograf sinus paranasal adalah Ssinusitis, osteomalitis dan sinus polip 
b.      Persiapan alat dan bahan, meliputi :
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah pesawat sinar-X, kaset dan film ukuran 18 x 24 cm, marker R dan L dan plester, apron, ID camera, grid dan alat prossesing film. Penggunaan identitas pada radiograf dengan marker meliputi informasi tanggal pemeriksaan, nama atau nomor pasien, kanan atau kiri dan instiusi.
c.      Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi sinus paranasal antara lain melepaskan benda-benda logam,plastik atau benda lain yang terdapat dikepala. Pengambilan radiograf dengan pasien berdiri atau tiduran.
d.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Standar)
1)  Proyeksi lateral
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
Atur pasien posisi berdiri
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan lateral kepala yang sakit dekat dengan kaset
(2) Atur kepala hingga benar-benar pada posisi lateral (MSP sejajar kaset)
(3) IPL tegak lurus kaset
(4) Atur dagu hingga IOML tegak lurus terhadap samping depan kaset 
c)     Sinar pusat:
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik tegak lurus terhadap kaset diantara outer canthus dan EAM
(3) Minumin SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan :
Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung

f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus maksillaris,sinus spenoid, sinus frontal dan sinus ethimoid tampak secara lateral (gambar 2.16).  
Gambar 2.15 Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

Gambar 2.16 Radiograf Proyeksi Lateral (Bontrager,2010)

2)  Proyeksi PA (Cadwell method)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi PA (Cadwell method) adalah untuk menampakkan patologi adalah sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi lateral:
a)     Posisi pasien
  Atur pasien dalam keadaan erect
b)     Posisi objek:
(1) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada kaset, atau ekstensikan kepala hingga OML membentuk sudut 150 dari kaset
(2) MSP tegak lurus kaset
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal, sejajar dengan kaset
(2) Titik bidik keluar nasion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
  Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
  Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus frontal diatas sutura frontonasal, cairan anterior etmoid tergambarkan secara lateral terhadap tulang nasal langsung dibawah sinus frontal. (gambar 2.18)

Gambar 2.17 Proyeksi PA (Caldwell Method) sinar pusat horizontal, OML 150 terhadap kaset, jika tidak dapat tegak lurus buky dapat dimiringkan 150..(Bontrager,2010)
Gambar 2.18 Radiograf Proyeksi PA / Caldwell Method (Bontrager,2010)

3)  Proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth)
      Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi parietoacanthial (waters methode close mouth) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method close mouth):
a)     Posisi pasien
Atur pasien dalam posisi erect
b)     Posisi objek:
(1) Ekstensikan leher, letakkan dagu dan hidung pada permukaan kaset.
(2) Atur kepala hingga MML (mento meatal line) tegak lurus kaset, sehingga OML akan membentuk sudut 370 dari kaset.
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat:
(1) Atur arah sinar horizontal tegak lurus pertengahan kaset keluar dari acanthion
(2) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eskpos berlangsung
     Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridges.Inferior orbital rim tampak Sinus frontal tampak oblique (gambar 2.20) 

Gambar 2.19 Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth (Bontrager,2010)
Gambar 2.20 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method close mouth Bontrager (2010)

e.      Teknik Radiografi sinus paranasal (Khusus)
1)     Proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth)
 Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  parietoacanthial (waters method open mouth)  untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. Teknik pemeriksaan proyeksi parietoacanthial (waters method open mouth):
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam posisi erect dan membuka mulut                    
b)     Posisi Objek :
(1) Ekstensikan leher, istirahatkan dagu di meja pemeriksaan
(2) Atur kepala sehingga OML membentuk sudut 370 terhadap kaset (MML akan tegak lurus dengan mulut yang terbuka)
(3) MSP tegak lurus terhadap grid
c)     Sinar pusat :
(1) Arah sinar tegak lurus horizontal terhadap kaset
(2) Titik bidik pada pertengahan kaset keluar menuju acanthion
(3) Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi     
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama pemeriksaan berlangsung
f)   Kriteria radiograf : Sinus maksillaris tampak tidak super posisi dengan prosesus alveolar dan petrous ridges, Inferior orbital rim tampak, Sinus frontal tampak oblique dan tampak sinus spenoid dengan membuka mulut (gambar 2.22).
Gambar 2.21 Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

Gambar 2.22 Radiograf Proyeksi parietoacanthial / waters method open mouth (Bontrager,2010)

2)     Proyeksi Submentovertex (SMV)
Menurut Bontrager (2010), tujuan dilakukannya proyeksi  Submentovertex (SMV) adalah untuk menampakkan patologi sinusitis, osteomilitis dan polip. teknik pemeriksaan proyeksi Submentovertex (SMV). 
a)     Posisi Pasien
Atur pasien dalam keadaan erect (berdiri), jika memungkinkan untuk menampakkan batas ketinggian cairan.
b)     Posisi Objek:
(1) MSP tegak lurus kaset
(2) Tengadahkan  Dagu, hyperextensikan leher jika memungkinkan hingga IOML paralel kaset. Puncak kepala menempel pada kaset.
c)     Sinar pusat :
(1)    Arah sinar tegak lurus IOML
(2)    Titik bidik jatuh di pertengahan sudut mandibular
(3)    Minimum SID 100 cm
d)     Kolimasi   
Pada semua rongga sinus
e)     Pernafasan
Pasien tahan nafas selama eksposi berlngsung
f)      Kriteria radiograf : Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksillaris dan fossa nasal (gambar 2.24).
Gambar 2.23 Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)
Gambar 2.24 Radiograf Proyeksi Submentovertex (SMV) (Bontrager,2010)
 

Minggu, 25 Mei 2014

Perbandingan Konvensional, CR (Computer Radiografi), DR (Digital Radiografi)

A. RADIOLOGI KONVENSIONAL
    Pemeriksaan konvensional tanpa kontras, yaitu pemeriksaan sederhana menggunakan sinar-x.     Konvensional disebut juga automatic processing merupakan cara pemrosesan film secara konvensional dangan alat yang memerlukan langkah-langakh dalam pencucian film yakni :
    Film – Developing – Rinsing – Fixing – Washing – Drying

B. COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)
    Computed radiography adalah proses merubah sistem analog pada radiologi konvensional menjadi  radiografi digital.
    1. KOMPONEN COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)
        a. Kaset
        b. Imaging plate
        c. Read (pembacaan)
        d. Erasure (penghapusan)

C. DIGITAL RADIOGRAFI
    1. PENGERTIAN DIGITAL RADIOGRAPHY (DR)
        Digital radiografi adalah sebuah bentuk pencitraan sinar_X, dimana sensor-sensor sinar-X digital digunakan menggatikan film fotografi konvensional. Dan processing kimiawi digantikan dengan sistem komputer yang terhubung dengan monitor atau laser printer.
    2. KOMPONEN DIGITAL RADIOGRAPHY (DR)
        Sebuah sistem digital radiographi terdiri dari 3 komponen utama:
        a. Modalities
             · DICOM
             · NON-DICOM (Conventional)
        b. Software
             · RIS ( Radiology Information System)
             · PACS (Picture Archiving and Communications System)
        c. Hardware
             · Server, workstation & printer
             · Network
             · Storage
3. PRINSIP KERJA DIGITAL RADIOGRAFI
    Prinsip kerja Digital Radiography (DR) atau (DX) pada intinya menangkap sinar-X tanpa menggunakan film. Sebagai ganti film sinar X, digunakan sebuah penangkap gambar digital untuk merekam gambar sinar X dan mengubahnya menjadi file digital yang dapat ditampilkan atau dicetak untuk dibaca dan disimpan sebagai bagian rekam medis pasien.
    Gambar 1. Prinsip Kerja Digital Radiography



PERBEDAAN
1. Pada Proses radiografi konvensional
    a. Harus menunggu beberapa waktu untuk mencetak film
    b. Harus menunggu lagi untuk mengirimkan film kepada dokter
    c. Menunggu hasil expertise kepada dokter penunjuk
    d. Waktu tunggu menjadi lama
    e. Dalam situasi darurat tidak dapat langsung membaca film
    f. Biaya yang cukup besar untuk pembuatan film, bahan kimia, jasa pengiriman, ruang penyimpanan
    g. Adanya limbah
2. Pada Proses Computed Radiography
    a. Hasil foto dapat di simpan dalam bentuk file.
    b. Tidak menggunakan processing film seperti developer dan fixer.
    c. Tidak memerlukan kamar gelap, karena kaset sudah di lengkapi image plate.
    d. foto dapat di edit sebelum di cetak
    e. waktu processing lebih cepat
    f. kerusakan film karena terbakar bisa di hindari
    g. mengurangi dari jumlah reject film.
3. Pada Proses Digital Radiography
    a. Diagnosa tepat melalui gambar digital
    b. Efisiensi waktu untuk mendistribusikan gambar
    c. Mengurangi biaya pencetakan gambar
    d. Arsip digital, menghilangkan ruangan penyimpanan film dan memudahkan pencarian gambar
    e. Mengurangi resiko kehilangan film
    f. Awet, kualitas gambar digital tidak menurun
    g. Dapat dihubungkan dengan data-data teks
    h. Dapat disimpan dan dikirim secara elektronik melalui jaringan internet dan telepon.


sumber :kristinanaralyawan.blogspot.com

Sejarah Radiologi Roentgen

Roentegen ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen tahun 1895, Universitas Wuszburg , Jerman. Mula diketemukan sinar tersebut dinamai sinar x namun oleh ilmuwan saat itu di namai Sinar Roentgen.
Sifat fisik dan kimia sinar x/ Roentgen :
  1. Mempunyai daya tembus terhadap bahan/ obyek , besar. Bahan tersebut makin padat / no atom tinggi , berkurang.
  2. Mempunai sifat pendar fluor.
  3. Menghitamkan film.
  4. Sinar x, sebagian memanttul kesegala arah jika menabrak molekul udara/benda
  5. Bergerak lurus. Maka dibuat kaca timbal.
  6. Mempunyai panjang gelombang rendah/ frequensi tinggi/ energi tinggi.
  7. Ionisasi bagi molekul benda yang tertabrak sinar x .
  8. Sifat biologi belum diketahui.
Karena belum diketahui sifat biologi sinar Roentgen, semua penemu sifat fisik / kimia. sinar tersebut , meninggal dunia dianggab o.k. sifat biologick sinar x/ roentgen.
Diantara puluhan korban sinar x , al :
  1. Albert Schonberg.
  2. Caldwel.
  3. Friedlander.
  4. Bergonie.
  5. Hermann Knoch.
  6. Irene Joliot curie.
Alat sinar x, mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Pada awal abad 20 sinar x ini digunakan RS militer dan RS Jakarta dan Surabaya. Prof B.J. Vander Plats adalah orang Belanda yang bekerja di Jakarta , telah melakukan terapi radiasi / radio terapi disamping radio diagnostik.
Orang Indonesia yang menggunakan sinar Roentgen, bernama R.M. Notokworo yang lulus di Leiden Belanda tahun 1912 dan bekerja di Semarang. Pada tahun 1895 saat ditemukan sinar x, lahir bayi Wilhekmus Zakarias Johanes yang dikemudian hari diangkat menjadi bapak Radiologi. Brevet Radiolog th.1939. Dr. W.Z Johanes juga mendirikan Sekolah Asisten Roentgen., sekarang APRO.
Sejarah perkembangan sinar x dan Radiologi :
  1. Pengunaan sinar x dalam foto polos , dan kontras , termasuk sederana.
  2. Penggunaan foto dengan kontras khusus , intra arteri, phlebografi , dll.
  3. Penggunaan foto dengan kontras lainya.
  4. USG.
  5. DSA.
  6. Interfensi radiology ,temasuk pemecahan batu ginjal.
  7. CT Scan , MRI dan Infra red imaging.
  8. DLL.
Segi- segi fisika / kimia sinar x :
Sinar x adalah pancaran gelombang elektro magnetic dengan panjang gelombang sangat pendek. Gelombang yang di pergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,5 A – 0,125 A.
1 A = 10 pangkat -8 cm.
Gelombang electro magnetik lain , gelombang : radio, panas, infra merah, cahaya, ultra violet, sinar x, sinar gama dan sinar cosmic.
Sinar x berasal dari :
  • Tabung sinar x.
  • Bahan alam / buatan yang memancarkan sinar x
Tabung sinar x :
  • Filamen.
  • Tabung hampa udara.
  • Arus listrik kecil
  • Target Anoda voltase tinggi.
  • Window.
  • Selimut tabung
  • Kolimator / diafragma.
  • Arus tabung/ sinar electron/ beta.
Filament dialiri listrik dari transformator hingga menyala ( +/- 2.000 derejat C), maka akan timbul kabut electron. Makin panas , kabut electron makin tebal. Filamen sebagai katoda dan target anoda (+). Maka terjadi percepatan Elektron didalam tabung sinar x. Setelah menabrak target anoda, tenaga gerak electron berubah menjadi sinar x dan panas < 99 %.
Sinax ini memancar ke segala arah, polichomatis , sebagian besar mengarah ke window. Pada window dipasang Filter, yaitu logam AL setebal 0,5 mm. Dipasang juga kolimator/ diafragma, untuk membatasi sinar x keluar tabung. Sinar x yang keluar ini yang dimanfaatkan untuk memotret obyek foto.
Radiografi (pemeriksaan foto roentgen.)
Jenis pemeriksaan roentgen ad 2 macam :
  • Pemeriksaan fluoros kopi / doorlichting , tak dianjurkan lagi.
  • Radiografi.
Untuk pembuatan foto roentgen, dibutuhkan :
I. Perlengkapan untuk Radiografi.
II. Jenis pemeriksaan dan Posisi pemotretan.
III. Pengetahuan pesawat roentgen.
IV. Pengetahuan kamar gelap dan proses terjadinya gambar film.
Ad.I Perlengkapan meliputi :
1. Film roentgen :
  • Lapisan fim.
  • Karacteristik lainya.
  • Jenis- jenis film lainya.
  • Jenis film Roentgen menurut kecepatan.
2. Intensifaying screen .
3. Kaset sinar x., terdi dari :
  • Bakelit.
  • Intensifaying sceen atas.
  • Intensifaying screen bawah.
  • Lapisan timah.
  • Per dari baja. Yang membuat fil dan screen menempel rapat-rapat.
Kaset harus dijaga agar tidak cepat rusak,maka diperlakukan :
  • Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan.
  • Hindari kaset / sceen dari bahan kimia.
  • Harus tetap kering.
  • Jangan ditumpuk

sumber : saulwisnupamungkas.wordpress.com

Manfaat & Bahaya Sinar-X

Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien. Biasanya, masyarakat awam menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’. Selain bermanfaat, sinar x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita yaitu apabila di gunakan secara berlebihan maka akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya, misalnya kanker. Oleh sebab itu para dokter tidak menganjurkan terlalu sering memakai ‘’FOTO RONTGEN’’ secara berlebihan.

  • KERUGIAN SINAR X
Setelah Roentgen memperlihatkan hasil pemotretan dengan sinar-X terhadap tangan istrinya yang memakai cincin, dimana pada gambar tersebut terlihat dengan jelas ruas-ruas tulang jari tangannya, maka manusia mulai menyadari akan manfaat besar yang dapat diperoleh dari penemuan radiasi pengion tadi.
Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang kedokteran, terutama sinar-X, berkembang pesat beberapa saat setelah penemuan radiasi tersebut. Penguasaan pengetahuan mengenai radiasi pengion oleh umat manusia yang terus meningkat dari waktu ke waktu juga memungkinkan dimanfaatkannya radiasi tersebut dalam berbagai bidang kegiatan di luar kedokteran, di samping pemanfaatan-nya di dalam bidang kedokteran sendiri juga terus mengalami peningkatan.

Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X dan gamma : segera teramati beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Efek merugikan tersebut berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun beberapa efek merugikan dari sinar-X dan gamma telah teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X dan gamma belum terfikirkan. Marie Curie, penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal pada tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan dengan bahan-bahan radioaktif.

  • KEGUNAAN SINAR X
  1. Pengobatan
• Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf. Sinar-X bisa menembus tubuh manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih padat seperti tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk memperlihatkan kecacatan tulang, mengdeteksi tulang yang patah dan memperlihatkan keadaan organ-organ dalam tubuh.
• Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Cara ini dikenal sebagai radioterapi.

  1. Perindustrian
Dalam bidang perindustrian, sinar-X digunakan untuk :
• mengetahui kecacatan dalam struktur binaan atau bagian-bagian dalam mesin dan engine.
• memperbaiki rekahan dalam pipa logam, dinding konkrit dan tekanan tinggi.
• memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.

  1. Penyelidikan
• Sinar-X digunakan untuk menyelidik struktur hablur dan jarak pemisahan antara atom-atom dalam suatu bahan hablur.

  • EFEK PENGUNAAN Sinar-X
Walaupun sinar-X sangat berguna kepada manusia, tetapi pennggunaan secara berlebihan kepada sinar-X mungkin menyebabkan :
• pemusnahan sel-sel dalam tubuh.
• perubahan struktur genetik suatu sel.
• penyakit kanser barah.
• kesan-kesan buruk seperti rambut rontok, kulit menjadi merah dan berbisul.

 
 
 

Senin, 19 Mei 2014

Bagaimana Cara Kerja CT Scan

  • Alasan Melakukan CT Scan
CT (computed tomography) scan memberikan gambar pemindaian yang jelas dari berbagai organ internal yang meliputi tulang, berbagai jaringan, dan pembuluh darah.
Hasil pemindaian sangat berguna dalam diagnosis berbagai penyakit dan kondisi, termasuk kanker, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, stroke, masalah reproduksi, dan masalah pencernaan.
Tidak seperti pemindaian konvensional sinar-X, CT scan mampu memindai organ dalam jauh lebih detail  sehingga memungkinkan dokter melakukan diagnosa dengan tepat.
CT scan tidak selalu dilakukan dalam situasi yang serius dan tidak selalu berarti pasien menderita kondisi yang serius. CT scan merupakan alat bantu diagnosa tanpa memperhatikan tingkat keparahan pasien.

  • Fungsi CT Scan
Sebuah mesin CT scan terlihat seperti tabung besar yang dilengkapi dengan semacam meja tempat pasien berbaring.
Sebuah alat pemindai sinar-X pada tabung kemudian memindai tubuh pasien. Setiap satu putaran pemindaian sekitar 1.000 gambar tubuh diambil.
Gambar ini kemudian disusun oleh komputer untuk membentuk gambar dua dimensi penampang tubuh yang kemudian dianalisis.

  • Persiapan CT Scan
CT scan tidak memerlukan persiapan yang rumit. Akan amat membantu jika pasien mengenakan pakaian longgar, melepaskan aksesoris logam seperti perhiasan atau kacamata, dan hanya minum cairan bening (air putih) sebelum CT scan.
Tergantung pada alasan melakukan CT scan, pasien mungkin diminta menelan agen kontras sebelum pemindaian.
Agen kontras membuat hasil pemindaian memiliki resolusi lebih baik sehingga memudahkan dalam analisis. Agen kontras sering diberikan pada pasien CT scan yang memiliki masalah pencernaan.
  • Pertimbangan
  1. CT scan umumnya berlangsung selama 10 sampai 45 menit, atau lebih lama dalam beberapa kasus. Untuk alasan ini, CT scan dilakukan hanya ketika dokter merasa prosedur ini memang benar-benar diperlukan.
  2. Akibat paparan radiasi pada tubuh pasien, CT scan umumnya dilakukan paling banyak dua kali dalam setahun.
  3. Wanita hamil pada trimester pertama dianjurkan tidak menjalani CT scan atau prosedur sinar-X lainnya.
  4. Sementara membantu mendapatkan hasil pemindaian yang lebih baik, agen kontras bisa menyebabkan reaksi alergi seperti mual dan muntah.
  5. Pasien yang menjalani lebih dari satu CT scan harus berkonsultasi dengan dokter karena reaksi alergi terhadap agen kontras untuk penggunaan selanjutnya umumnya lebih parah daripada reaksi pertama.[]

Teknik Radiografi Abdomen 3 Posisi / Abdomen Akut

apakah pengertian abdomen 3 posisi?
Abdomen 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan.
apakah abdomen akut itu? dan apa saja yang masuk kategori abdomen akut?
abdomen akut adalah keadaan sakit perut mendadak yang memerlukan tindakan segera.
macam abdomen ak ut : ileus, perforasi (kebocoran dinding usus), ascites, massa intra abdominal.
bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi abdomen 3 posisi?
Teknik radiografi abdomen untuk kasus abdomen akut dilakukan dalam 3 posisi yaitu abdomen AP supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen LLD.
1. ABDOMEN AP
  • Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di pertengahan meja. kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
  • CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
2. ABDOMEN SETENGAH DUDUK
  • Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.
  • CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)
  • FFD : 100 cm
  • jangan lupa memakai grid
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
3. ABDOMEN LLD
  • Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk (difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
  • CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
apakah tujuan dari masing-masing posisi?
  • Abdomen AP : memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.
  • Abdomen setengan duduk : untuk menampakkan udara bebas dibawah diafragma.
  • Abdomen LLD : untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibar perforasi kolon.
mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?
supaya terpisah dengan udara di lambung. pada pasien tersangka kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. jika dibuat foto RLD, udara bebas itu kan tampak menyatu/bercampur dengan udara diusus sehingga patologisnya sulit dinilai.
apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?
pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan tampak jelas

refensi :firzadinata

 

Blogger news

Read more: http://zootodays.blogspot.com/2012/06/cara-pasang-widget-animasi-hamster.html#ixzz34X9wjMHd